06 August 2010

Gempol | Minuman Khas Jepara, Masih Disuka

Di dekat pemakaman Panjunan desa Purwogondo kecamatan Kalinyamatan Jepara ada warung sederhana , kursinya terbuat dari pecahan bambu yang dipaku seadanya dan atapnya terbuat dari plastik berwarna biru sungguh sederhana jika dilihat. Namun ketika melihat tulisan ” Cendol dan Es Gempol saya jadi tertarik untuk menyinggahinya, karena Gempol merupakan salah satu minuman ” jadul” atau Tempo doeloe yang ketika masih kecil merupakan minuman favorit pada waktu itu. Jika musim panen tiba , saya dan teman-teman sering ngasak padi di sawah sehabis di panen kemudian jika terkumpul ditukarkan dengan segelas Gempol. Sehingga ketika melihat tulisan terpampang di kain spanduk warung sederhana sayapun mampir untuk bernostalgia.

” Saya baru jualan habis kupatan yang lalu pak, sebelum ini saya kerja sebagai buruh anyam rotan namun hasilnya tak seberapa , kebetulan ibu pandai membuat Gempol dan Cendhol jadi ya coba-coba buka usaha ini siapa tahu ada peningkatan ”, ujar Mukhidin (18 ) penjual Cendol dan Es Gempol yang akrab dipanggil Kak Dino dan mengaku berasal dari Desa Teluk Wetan Kecamatan Welahan .

Dino yang lulusan SMP mengatakan, keinginannya untuk membuka usaha Cendol dan Es Gempol ini karena bosan bekerja menjadi kuli , karena hampir tiga tahun bekerja tidak ada perkembangan dalam ekonomi upah tidak bertambah dan pekerjaan semakin berat . Ketika ibunya menawarkan untuk jualan Cendol dan Es Gempol iapun menerima dengan senang hati, selain dapat meneruskan usaha orangtua dia mendapatkan pengalaman berusaha. Gempol buatan ibunya tergolong besar dan terbuat dari Tepung beras yang dibentuk mirip bakso putih warnanya dan yang berwarna merah adalah pleret bentuknya pipih , sedangkan cendholnya terbuat dari tepung aren . Untuk kuahnya terbuat dari santan kelapa asli dan cukup kental dicampur garam sedikit , sehingga jika dipadukan dengan juruh yang manis akan terasa nikmat dilidah asin manis menyegarkan . Apalagi jika cuacanya panas minuman Es Gempol ini dapat menghilangkan dahaga orang yang menikmatinya.

Es Gempol maupun Cendol ia jual Rp 1.500,- permangkoknya , cukup murah jika dibandingkan dengan yang lainnya , sehingga tidak mengherankan jika dagangan Dino ini cukup laris. Selain di minum di warungnya yang sangat sederhana itu , ada juga pelanggan yang membeli dengan cara dibungkus dalam plastik . Namun menurut pengamatan pembeli justru banyak yang minta dibungkuskan saja untuk dibawa pulang , sekali beli minimal 3 bungkus – 5 bungkus , yang selanjutnya dinikmati di rumah . Pembeli yang mampir di warungnya selain dapat minum Es Gempol dan Cendol racikannya , juga bisa menikmati gorengan ada tempe , bakwan dan tahu isi.Berduaan dengan pacar uang Rp 10.000,- dapat minum Es Gempol dan Cendol yang rasanya cukup mantap dan minum sepuasnya, oleh karena itu tidak mengherankan jika pelanggan Dino ini kebanyakan para remaja dan anak sekolah.

” Meskipun untung sedikit tidak masalah Pak , sehari rata-rata saya bisa bawa pulang Rp 100,000,- - Rp 125.000,- dan dikurangi bahan baku ya untungnya bisa separohnya. Lumayan dari kerja menjadi kuli dan yang penting sambil belajar berusaha siapa tahu besok bisa sukses ”, tutur Dino sambil melayani pelangganya.

Menikmati Es Gempol maupun Cendol di warung sederhana Dino sebelah selatan pemakaman Panjunan Purwogondo cukup mengasyikkan , selain bisa bernostalgia dengan minuman” jadul ” juga bisa melihat lalu lalangnya kendaraan yang lewat. Selain Gempol dan Pleretnya cukup mak ”Nyus” juga kuahnya manis asin menyegarkan tenggorokan dikala dahaga. Sayang sekali kursi warung terbuat dari bambu yang tak beraturan sehingga mengganggu posisi duduk, jika diganti kursi kayu yang bagus akan menambah kenikmatan merasakan Es Gempol dan Cendol Made in Kak Dino ini. Untuk Pembaca yang dekat dengan warung sederhana ini dan kebetulan lewat tak ada salahnya jika mampir dan menikmati minuman khas Jepara ini . ( FM )

Fatkhul Muin

Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com )

Sumber: http://wisata.kompasiana.com/group/jalan-jalan/2010/02/26/gempol-minuman-khas-jepara-masih-di-suka/

Makanan Khas Jepara

Adon-adon Coro = minuman jahe santan dengan irisan kelapa bakar, yang disajikan hangat.
Es Gempol = minuman santan dan gempol (bola dari tepung beras), biasa disajikan manis, asin, hangat ataupun dingin.
Es Pleret = minuman santan dan pleret (tepung beras yang dimakan sedikit kenyal) hampir mirip dengan gempol.
Dawet Jepara (Es Cendhol / Cendol) = terbuat dari bahan-bahan tepung sagu, gula merah asli, santan kelapa.
Rondo Royal = tape goreng yang dibungkus tepung.
Klenyem = ketela parut goreng isi gula merah.
Kenyol = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi gula merah, cara masak dikukus.
Nogosari = tepung dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus.
Moto Belong = ketela parut dibungkus daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak, cara masak dikukus, dan disajikan dengan cara dipotong-potong agak miring menyerupai bola mata dan dimakan dengan kelapa yang diparut dicampur sedikit gula.
Poci = tepung dari ketan yang dibungkus daun pisang dan dibentuk kerucut diisi campuran kelapa parut dan gula merah.
Kuluban = urap-urap dengan nangka muda, kacang panjang dan daun mudanya, tauge mentah, dan buah petai, disajikan mentahan.
Pecel Ikan Laut Panggang = ikan laut bakar dengan bumbu sambal santan kelapa.
Horok-horok = makanan yang sangat langka dan hanya ditemukan di jepara ini dibuat dengan bahan baku sagu. dengan cara pembuatan yang cukup aneh yaitu menggunakan sisir rambut. bentuknya seperti busa sterofom yang kenyal dengan rasa sedikit asin. biasanya dimakan sebagai campuran bakso,gado-gado, ataupun lainnya.
Bontosan = adonan krupuk ikan tenggiri dalam bentuk gelondongan dan sudah dikukus.
Sate Udang.
Terasi Jepara.
Durian Petruk.
Gereh Iwak Teri = Ikan teri yang dijadikan semacam ikan asin, kebanyakan dari pulau karimunjawa.
Latuh/Lato = sejenis rumput laut, enak dimakan dalam keadaan segar, dan konon bisa menyembuhkan radang tenggorok, amandel.
Tempong (blenyik) = ikan teri mentah yang dikeringkan, bentuknya seperti bakwan.
Sutet = Susu Telor Tegangan Tinggi

Mempopulerkan Makanan Khas Jepara

Dalam wikipedia (situs yang dipopulerkan oleh Jimmy Wales dan Larry Sanger pada 2001), disebutkan beragam makanan khas Jepara. Diantaranya: adon-adon coro, es gempol, es pleret, dawet Jepara, rondo royal, klenyem, kenyol, nogosari, moto belong, poci, kuluban, pecel ikan laut panggang, horok-horok, bontosan, sate udang, terasi Jepara, durian petruk, gereh iwak teri, latuh/ lato, blenyik, dan sutet (susu telor tegangan tinggi).

Adalah adon-adon coro, minuman jahe dengan campuran santan yang dilengkapi irisan kelapa bakar, yang disajikan hangat. Moto Belong merupakan makanan dari ketela, dibungkus dengan daun pisang dan tengahnya diisi buah pisang masak. Makanan yang disajikan dengan dipotong-potong agak miring ini menyerupai bola mata dan dimakan dengan kelapa yang diparut dicampur sedikit gula.

Horok-horok, makanan yang terbuat dari sagu, berbentuk laiknya busa sterofom yang kenyal dengan rasa sedikit asin. Biasanya dimakan sebagai campuran bakso, gado-gado dan pecel.

Sayangnya kesemua makanan yang penulis uraikan, hanya ditemukan di Jepara saja dan belum membumi di kota atau daerah lain. Menyebut jenang, yang terbersit di hati adalah kota kudus. Begitu juga saat mengatakan soto, maka soto kudus sudah begitu populer di di Kudus maupun daerah lain.

Yogyakarta selain sebagai kota pelajar, sebutan kota gudeg pun telah mendarah daging, sehingga tak salah jika para wisatawan yang berkunjung tidak akan melupakan untuk sekadar mencicipi makanan yang berbahan dari lontong dan sayur lodeh tersebut.

Maka dalam rangka menegaskan makanan khas kota ukir diperlukan kerjasama berbagai pihak. Menjadi pekerjaan rumah besar (PR) besar bagi pemerintah kabupaten untuk memopulerkan makanan khasnya. Minimal dalam setiap tahun pemerintah menggelar even festival makanan khas. Selain itu perlu didirikannnya pusat jajan khas Jepara. Sehingga para wisatawan saat akan pulang membawa oleh-oleh makanan khas.

Pemerintah kabupaten juga berkewajiban memberikan bantuan modal bagi penjual dan perajin. Sehingga mereka yang kekurangan dana akan tetap bertahan dengan pekerjaannya.

Bagi para penjual dan perajin, selain membuka warung di kota kelahiran, tidak ada salahnya jika membuka cabang di daerah lain. Hal ini dilakukan dalam rangka membumikan makanan khas di daerah atau di kota lain. Yang terpenting, dengan menyebut nama "Jepara" sebagai identitas bahwa makanan tersebut memang berasal dari daerah yang bersangkutan.

Peranan media juga sangat diperlukan. Peran media cetak dan elektronik dibutuhkan dalam rangka menyosialisasikan makanan khas Jepara di kancah regional maupun nasional.

Tidak ada kata terlambat untuk memopulerkan makanan khas Jepara. Sehingga kerjasama berbagai pihak sangat diharapkan agar gagasan ini segera tercapai. Nantinya saat menyebut nama Jepara bukan hanya populer dengan banyak jenis kerajinannya, akan tetapi lebih dari itu Jepara juga terkenal dengan beraneka ragam makanan khas. Semoga.

Syaiful Mustaqim, penggiat Smart Institute Jepara.
Sumber: http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=1030