Di dekat pemakaman Panjunan desa Purwogondo kecamatan Kalinyamatan Jepara ada warung sederhana , kursinya terbuat dari pecahan bambu yang dipaku seadanya dan atapnya terbuat dari plastik berwarna biru sungguh sederhana jika dilihat. Namun ketika melihat tulisan ” Cendol dan Es Gempol saya jadi tertarik untuk menyinggahinya, karena Gempol merupakan salah satu minuman ” jadul” atau Tempo doeloe yang ketika masih kecil merupakan minuman favorit pada waktu itu. Jika musim panen tiba , saya dan teman-teman sering ngasak padi di sawah sehabis di panen kemudian jika terkumpul ditukarkan dengan segelas Gempol. Sehingga ketika melihat tulisan terpampang di kain spanduk warung sederhana sayapun mampir untuk bernostalgia.
” Saya baru jualan habis kupatan yang lalu pak, sebelum ini saya kerja sebagai buruh anyam rotan namun hasilnya tak seberapa , kebetulan ibu pandai membuat Gempol dan Cendhol jadi ya coba-coba buka usaha ini siapa tahu ada peningkatan ”, ujar Mukhidin (18 ) penjual Cendol dan Es Gempol yang akrab dipanggil Kak Dino dan mengaku berasal dari Desa Teluk Wetan Kecamatan Welahan .
Dino yang lulusan SMP mengatakan, keinginannya untuk membuka usaha Cendol dan Es Gempol ini karena bosan bekerja menjadi kuli , karena hampir tiga tahun bekerja tidak ada perkembangan dalam ekonomi upah tidak bertambah dan pekerjaan semakin berat . Ketika ibunya menawarkan untuk jualan Cendol dan Es Gempol iapun menerima dengan senang hati, selain dapat meneruskan usaha orangtua dia mendapatkan pengalaman berusaha. Gempol buatan ibunya tergolong besar dan terbuat dari Tepung beras yang dibentuk mirip bakso putih warnanya dan yang berwarna merah adalah pleret bentuknya pipih , sedangkan cendholnya terbuat dari tepung aren . Untuk kuahnya terbuat dari santan kelapa asli dan cukup kental dicampur garam sedikit , sehingga jika dipadukan dengan juruh yang manis akan terasa nikmat dilidah asin manis menyegarkan . Apalagi jika cuacanya panas minuman Es Gempol ini dapat menghilangkan dahaga orang yang menikmatinya.
Es Gempol maupun Cendol ia jual Rp 1.500,- permangkoknya , cukup murah jika dibandingkan dengan yang lainnya , sehingga tidak mengherankan jika dagangan Dino ini cukup laris. Selain di minum di warungnya yang sangat sederhana itu , ada juga pelanggan yang membeli dengan cara dibungkus dalam plastik . Namun menurut pengamatan pembeli justru banyak yang minta dibungkuskan saja untuk dibawa pulang , sekali beli minimal 3 bungkus – 5 bungkus , yang selanjutnya dinikmati di rumah . Pembeli yang mampir di warungnya selain dapat minum Es Gempol dan Cendol racikannya , juga bisa menikmati gorengan ada tempe , bakwan dan tahu isi.Berduaan dengan pacar uang Rp 10.000,- dapat minum Es Gempol dan Cendol yang rasanya cukup mantap dan minum sepuasnya, oleh karena itu tidak mengherankan jika pelanggan Dino ini kebanyakan para remaja dan anak sekolah.
” Meskipun untung sedikit tidak masalah Pak , sehari rata-rata saya bisa bawa pulang Rp 100,000,- - Rp 125.000,- dan dikurangi bahan baku ya untungnya bisa separohnya. Lumayan dari kerja menjadi kuli dan yang penting sambil belajar berusaha siapa tahu besok bisa sukses ”, tutur Dino sambil melayani pelangganya.
Menikmati Es Gempol maupun Cendol di warung sederhana Dino sebelah selatan pemakaman Panjunan Purwogondo cukup mengasyikkan , selain bisa bernostalgia dengan minuman” jadul ” juga bisa melihat lalu lalangnya kendaraan yang lewat. Selain Gempol dan Pleretnya cukup mak ”Nyus” juga kuahnya manis asin menyegarkan tenggorokan dikala dahaga. Sayang sekali kursi warung terbuat dari bambu yang tak beraturan sehingga mengganggu posisi duduk, jika diganti kursi kayu yang bagus akan menambah kenikmatan merasakan Es Gempol dan Cendol Made in Kak Dino ini. Untuk Pembaca yang dekat dengan warung sederhana ini dan kebetulan lewat tak ada salahnya jika mampir dan menikmati minuman khas Jepara ini . ( FM )
Fatkhul Muin
Pengelola Blog : Pusat Informasi Masyarakat Pesisir (http: www.For-Mass.Blogspot.com )
Sumber: http://wisata.kompasiana.com/group/jalan-jalan/2010/02/26/gempol-minuman-khas-jepara-masih-di-suka/